5 Penulis Naskah Drama Legendaris di Masa Pasca Orde Baru

5 Penulis Naskah Drama Legendaris di Masa Pasca Orde Baru – Hasanuddin WS menegaskan dalam bukunya “Drama Karya Dua Dimensi” bahwa lakon berjudul Berbasari karya Roestam Effendi yang ditulis tahun 1926 itu merupakan naskah drama pertama yang ditulis, katanya hampir bulat.

5 Penulis Naskah Drama Legendaris di Masa Pasca Orde Baru

americanplacetheatre – Hasanuddin juga membagi pengarang naskah drama Indonesia menjadi empat tahap: tahap pertama dari tahun 1926 sampai 1942.Diantaranya Utuy Tatang Sontani, Motoringgo Busye, Irjo Mulyo, Yusar Muscar, Achdiat K. Miharuja, Nah, setelah mengetahui tahapan-tahapan perkembangan naskah drama di Indonesia, mari berkenalan dengan lima penulis naskah pasca orde baru.

Baca Juga : Teater Terbaik di Dunia

WS Rendra

Dikenal juga sebagai Merak karena penampilannya yang selalu mempesona sebagai proklamator WS Rendra , nama asli WS Rendra ini dikenal dengan Willibrodus Surendra Broto, atau lebih sering disebut Rendra atau Willy. Penulis naskah ini lahir pada 7 November 1935 di Jawa Tengah, dan meninggal pada 6 Agustus 2009 di sebuah depot di Jawa Barat pada usia 73 tahun.

Berbicara tentang teater, nama Lendra tidak pernah terlewatkan. Bakat sastranya terlihat ketika Lendra masih muda. Ketika Lendra masih duduk di bangku SMP, ia menulis skenario untuk cerpen, puisi, dan drama dan mementaskannya di sekolah. Bahkan, karyanya telah dimuat di beberapa majalah sejak tahun 1952 dan berlanjut dari tahun 1960-an hingga 1970-an.

Bakat seni Lendra tampaknya berasal dari ibunya, Ayu Catalina Nice Madira, seorang penari serin di Keraton Surakarta. Ayah Lenda adalah guru tunggal sekolah Katolik bahasa Indonesia dan Jawa, sedangkan ayah Lendra adalah Cyprian Sugen Broto Atmojo. Saat masih duduk di bangku SMA, Lendra berhasil menyabet penghargaan pertamanya dengan menulis lakon “Orang Di Sudut Jalan” untuk kantor wilayah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.

Arifin C Noer

Dikenal dengan Arifin Chairin Noer, atau Arifin C. Noer, adalah seorang penulis naskah drama, sutradara, dan penyair kelahiran Cirebon pada 10 Maret 1941. Alifin tidak hanya dikenal sebagai penulis naskah drama Indonesia, ia juga aktif menulis cerpen dan puisi di industri perfilman Indonesia. Setelah itu, Alifin pindah ke solo, melanjutkan penelitiannya, dan bergabung dengan Lingkar Drama Lendra dan Paguyuban Sastrawan Surakarta.

Kemudian, pada tahun , Alifin melanjutkan penelitiannya di Yogyakarta. Di kota pelajar ini, ia berkesempatan menimba pengalaman di teater muslim di bawah bimbingan Mohammad Diponegoro. Alifin baru saja pindah ke Jakarta pada usia 27 tahun. Sekitar tahun 1968, ia membentuk perkumpulan teater eksperimental bernuansa keluarga yang disebut Teater Ketjil. Sehingga Alifin menjadi fenomena penting dalam sastra Indonesia.

Putu Wijaya

Saya lahir pada tanggal 11 April 1944 di Tabanan, Bali, dikenal sebagai Gustingrap Putu Wijaya atau Putu Wijaya. Dikenal sebagai penulis serba bisa yang bisa menulis drama, cerita pendek, esai, novel, dan skenario. Putu Wijaya telah menulis sejak duduk di bangku SMP, menulis sekitar 30 novel, 40 naskah drama, sekitar 1.000 cerpen, ratusan esai, artikel lepas, dan resensi teater.

Pada tahun 1968 ia muncul diBengkel Teater Lendra, dimana ia bermainan sebentar Vipbop dan Pozzo dalam sebuah drama menunggu Godot di Jakarta pada tahun 1969. Putuwijaya telah bermain di Sanger Bamboo Group sejak tahun 1959. Di studio, ia mengarahkan penampilan Lautan Singing pada tahun 1968. Setelah pindah ke Jakarta, Putu Wijaya bergabung dengan Perusahaan Teater Ketozil yang dipimpin oleh Alifin C. Noah. Putuwijaya juga berpartisipasi dalam grup teater populer yang dipimpin oleh Tugukarya.

Nano Riantiarno

Nano Riantiarno, panggilan akrab Norbertus Riantiarno, lahir pada 6 Juni 1949 di Cirebon. Kecintaannya pada teater dimulai saat masih duduk di bangku SMP dan menjadi anggota Seni TTA (Tunas Tanah Air) di Cirebon. Setelah itu, ia membaca puisi di salah satu sanggar RRI dan menjadi penulis naskah. Setelah lulus SMA, ia tinggal di Jakarta dan melanjutkan studi di Akademi Teater Nasional Indonesia dari tahun 1968 hingga 1970. The

Nano Riantiarno merupakan salah satu karakter teater orde baru yang penampilannya disambut baik oleh penonton. Nano Riantiarno memulai karir teaternya sebagai aktor, penulis skenario, penulis skenario dan sutradara. Karir pertamanya dimulai saat ia mendirikan Teater Populer bersama Teguh Karya.

Akhudiat

Dikenal sebagai penulis naskah pasca orde baru, Akdiat lahir pada 5 Mei 1946 di Banyuwangi, Jawa Timur. Siapapun yang mengenalnya hanya memanggilnya dengan nama Diat. Ketertarikannya pada dunia teater dimulai pada tahun 1962-1965 saat berada di Yogyakarta. Dia sangat tertarik dengan dunia teater dan ingin menulis naskahnya sendiri.

Tetapi pada tahun 1970, dia belum menulis naskahnya. Akhudiat selalu mengingat nasehat Arifin C. Jika Anda ingin menulis naskah untuk drama Anda sendiri yang ditulis oleh Akdiat, seperti Graffit (1972), Jaka Tarbes (1974), Luma Tak Bellatap (1974), Anda perlu membaca dan mempelajari percakapan naskah. ), Bui (1975), RE (1977), Putih dan Hitam (1978), Suminten dan Kang Lajim (1982).

Tags: ,

Read Also

Share via
Copy link
Powered by Social Snap